Sabtu, 26 Desember 2009

POTENSI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN DI KELAS

Oleh: Prof. Dr. H. Mohamad Surya*

Teknologi komunikasi dan informasi dalam pendidikan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah memberikan pengaruh terhadap dunia pendidikan khususnya dalam proses pembelajaran. Menurut Rosenberg (2001), dengan berkembangnya penggunaan TIK ada lima pergeseran dalam proses pembelajaran yaitu: (1) dari pelatihan ke penampilan, (2) dari ruang kelas ke di mana dan kapan saja, (3) dari kertas ke “on line” atau saluran, (4) fasilitas fisik ke fasilitas jaringan kerja, (5) dari waktu siklus ke waktu nyata. Komunikasi sebagai media pendidikan dilakukan dengan menggunakan media-media komunikasi seperti telepon, komputer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan siswa tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan tanpa harus berhadapan langsung dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup yang luas dari berbagai sumber melalui cyber space atau ruang maya dengan menggunakan komputer atau internet. Hal yang paling mutakhir adalah berkembangnya apa yang disebut “cyber teaching” atau pengajaran maya, yaitu proses pengajaran yang dilakukan dengan menggunakan internet. Istilah lain yang makin poluper saat ini ialah e-learning yaitu satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi khususnya internet. Menurut Rosenberg (2001; 28), e-learning merupakan satu penggunaan teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dalam jangkauan luas yang belandaskan tiga kriteria yaitu: (1) e-learning merupakan jaringan dengan kemampuan untuk memperbaharui, menyimpan, mendistribusi dan membagi materi ajar atau informasi, (2) pengiriman sampai ke pengguna terakhir melalui komputer dengan menggunakan teknologi internet yang standar, (3) memfokuskan pada pandangan yang paling luas tentang pembelajaran di balik paradigma pembelajaran tradisional. Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruction), Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop Videoconferencing, ILS (Integrated Learning Syatem), LCC (Learner-Cemterted Classroom), Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dsb.

Satu bentuk produk TIK adalah internet yang berkembang pesat di penghujung abad 20 dan di ambang abad 21. Kehadirannya telah memberikan dampak yang cukup besar terhadap kehidupan umat manusia dalam berbagai aspek dan dimensi. Internet merupakan salah satu instrumen dalam era globalisasi yang telah menjadikan dunia ini menjadi transparan dan terhubungkan dengan sangat mudah dan cepat tanpa mengenal batas-batas kewilayahan atau kebangsaan. Melalui internet setiap orang dapat mengakses ke dunia global untuk memperoleh informasi dalam berbagai bidang dan pada glirannya akan memberikan pengaruh dalam keseluruhan perilakunya. Dalam kurun waktu yang amat cepat beberapa dasawarsa terakhir telah terjadi revolusi internet di berbagai negara serta penggunaannya dalam berbagai bidang kehidupan. Keberadaan internet pada masa kini sudah merupakan satu kebutuhan pokok manusia modern dalam menghadapi berbagai tantangan perkembangan global. Kondisi ini sudah tentu akan memberikan dampak terhadap corak dan pola-pola kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Dalam kaitan ini, setiap orang atau bangsa yang ingin lestari dalam menghadapi tantangan global, perlu meningkatkan kualitas dirinya untuk beradaptasi dengan tuntutan yang berkembang. TIK telah mengubah wajah pembelajaran yang berbeda dengan proses pembelajaran tradisional yang ditandai dengan interaksi tatap muka antara guru dengan siswa baik di kelas maupun di luar kelas.
Di masa-masa mendatang, arus informasi akan makin meningkat melalui jaringan internet yang bersifat global di seluruh dunia dan menuntut siapapun untuk beradaptasi dengan kecenderungan itu kalau tidak mau ketinggalan jaman. Dengan kondisi demikian maka pendidikan khususnya proses pembelajaran cepat atau lambat tidak dapat terlepas dari keberadaan komputer dan internet sebagai alat bantu utama. Majalah Asiaweek terbitan 20-27 Agustus 1999 telah menurunkan tulisan-tulisan dalam tema "Asia in the New Millenium" yang memberikan gambaran berbagai kecenderungan perkembangan yang akan terjadi di Asia dalam berbagai aspek seperti ekonomi, politik, agama, sosial, budaya, kesehatan, pendidikan, dsb. termasuk di dalamnya pengaruh revolusi internet dalam berbagai dimensi kehidupan. Salah satu tulisan yang berkenaan dengan dunia pendidikan disampaikan oleh Robin Paul Ajjelo dengan judul "Rebooting:The Mind Starts at School". Dalam tulisan tersebut dikemukakan bahwa ruang kelas di era millenium yang akan datang akan jauh berbeda dengan ruang kelas seperti sekarang ini yaitu dalam bentuk seperti laboratorium komputer di mana tidak terdapat lagi format anak duduk di bangku dan guru berada di depan kelas. Ruang kelas di masa yang akan datang disebut sebagai "cyber classroom" atau "ruang kelas maya" sebagai tempat anak-anak melakukan aktivitas pembelajaran secara individual maupun kelompok dengan pola belajar yang disebut "interactive learning" atau pembelajaran interaktif melalui komputer dan internet. Anak-anak berhadapan dengan komputer dan melakukan aktivitas pembelajaran secara interaktif melalui jaringan internet untuk memperoleh materi belajar dari berbagai sumber belajar. Anak akan melakukan kegiatan belajar yang sesuai dengan kondisi kemampuan individualnya sehingga anak yang lambat atau cepat akan memperoleh pelayanan pembelajaran yang sesuai dengan dirinya. Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi anak sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakan di atas.
Dalam tulisan itu, secara ilustratif disebutkan bahwa di masa-masa mendatang isi tas anak sekolah bukan lagi buku-buku dan alat tulis seperti sekarang ini, akan tetapi berupa: (1) komputer notebook dengan akses internet tanpa kabel, yang bermuatan materi-materi belajar yang berupa bahan bacaan, materi untuk dilihat atau didengar, dan dilengkapi dengan kamera digital serta perekam suara, (2) Jam tangan yang dilengkapi dengan data pribadi, uang elektronik, kode sekuriti untuk masuk rumah, kalkulator, dsb. (3) Videophone bentuk saku dengan perangkat lunak, akses internet, permainan, musik, dan TV, (4) alat-alat musik, (5) alat olah raga, dan (6) bingkisan untuk makan siang. Hal itu menunjukkan bahwa segala kelengkapan anak sekolah di masa itu nanti berupa perlengkapan yang bernuansa internet sebagai alat bantu belajar.
Meskipun teknologi informasi komunikasi dalam bentuk komputer dan internet telah terbukti banyak menunjang proses pembelajaran anak secara lebih efektif dan produktif, namun di sisi lain masih banyak kelemahan dan kekurangan. Dari sisi kegairahan kadang-kadang anak-anak lebih bergairah dengan internetnya itu sendiri dibandingkan dengan materi yang dipelajari. Dapat juga terjadi proses pembelajaran yang terlalu bersifat individual sehingga mengurangi pembelajaran yang bersifat sosial. Dari aspek informasi yang diperoleh, tidak terjamin adanya ketepatan informasi dari internet sehingga sangat berbahaya kalau anak kurang memiliki sikap kritis terhadap informasi yang diperoleh. Bagi anak-anak sekolah dasar penggunaan internet yang kurang proporsional dapat mengabaikan peningkatan kemampuan yang bersifat manual seperti menulis tangan, menggambar, berhitung, dsb. Dalam hubungan ini guru perlu memiliki kemampuan dalam mengelola kegiatan pembelajaran secara proporsional dan demikian pula perlunya kerjasama yang baik dengan orang tua untuk membimbing anak-anak belajar di rumah masing-masing.

Pergeseran pandangan tentang pembelajaran
Untuk dapat memanfaatkan TIK dalam memperbaiki mutu pembelajaran, ada tiga hal yang harus diwujudkan yaitu (1) siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas, sekolah, dan lembaga pendidikan guru, (2) harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi siswa dan guru, dan (3) guru harus memilikio pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan sumber-sumber digital untuk membantu siswa agar mencaqpai standar akademik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan tentang pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisional di masa lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai: (1) sesuatu yang sulit dan berat, (2) upoaya mengisi kekurangan siswa, (3) satu proses transfer dan penerimaan informasi, (4) proses individual atau soliter, (5) kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil dan terisolasi, (6) suatu proses linear. Sejalan dengan perkembangan TIK telah terjadi perubahan pandangan mengenai pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai: (1) proses alami, (2) proses sosial, (3) proses aktif dan pasif, (4) proses linear dan atau tidak linear, (5) proses yang berlangsung integratif dan kontekstual, (6) aktivitas yang berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kulktur siswa, (7) aktivitas yang dinilai berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil, dan pemecahan masalah nyata baik individual maupun kelompok.
Hal itu telah menguban peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran guru telah berubah dari: (1) sebagai penyampai pengetahuan, sumber utama informasi, akhli materi, dan sumber segala jawaban, menjadi sebagai fasilitator pembelajaran, pelatih, kolaborator, navigator pengetahuan, dan mitra belajar; (2) dari mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, menjadi lebih banyak memberikan lebih banyak alternatif dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Sementara itu peran siswa dalam pembelajaran telah mengalami perubahan yaitu: (1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses pembelajaran, (2) dari mengungkapkan kembali pengetahuan menjadi menghasilkan dan berbagai pengetahuan, (3) dari pembelajaran sebagai aktiivitas individual (soliter) menjadi pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain.
Lingkungan pembelajaran yang di masa lalu berpusat pada guru telah bergesar menjadi berpusat pada siswa. Secara rinci dapat digambarkan sebagai berikut:

Lingkungan Berpusat pada guru Berpusat pada siswa
Aktivitas kelas Guru sebagai sentral dan bersifat didaktis Siswa sebagai sentral dan bersifat interaktif
Peran guru Menyampaikan fakta-fakta, guru sebagai akhli Kolaboratif, kadang-kadang siswa sebagai akhli
Penekanan pengajaran Mengingat fakta-fakta Hubungan antara informasi dan temuan
Konsep pengetahuan Akumujlasi fakta secara kuantitas Transformasi fakta-fakta
Penampilan keberhasilan Penilaian acuan norma Kuantitas pemahaman , penilaian acuan patokan
Penilaian Soal-soal pilihan berganda Protofolio, pemecahan masalah, dan penampilan
Penggunaan teknologi Latihan dan praktek Komunikasi, akses, kolaborasi, ekspresi


Kreativitas dan kemandirian belajar

Dengan memperhatikan pengalaman beberapa negara sebagaimana dikemukakan di atas, jelas sekali TIK mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap proses dan hasil pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. TIK telah memungkinkan terjadinya individuasi, akselerasi, pengayaan, perluasan, efektivitas dan produktivitas pembelajaran yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pendidikan sebagai infrastruktur pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Melalui penggunaan TIK setiap siswa akan terangsang untuk belajar maju berkelanjutan sesuai dengan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Pembelajaran dengan menggunakan TIK menuntut kreativitas dan kemandirian diri sehingga memungkinkan mengembangkan semua potensi yang dimilikinya..
Dalam menghadapi tantangan kehidupan modern di abad-21 ini kreativitas dan kemandirian sangat diperlukan untuk mampu beradaptasi dengan berbagai tuntutan. Kreativitas sangat diperlukan dalam hidup ini dengan beberapa alasan antara lain: pertama, kreativitas memberikan peluang bagi individu untuk mengaktualisasikan dirinya, kedua, kreativitas memungkinkan orang dapat menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah, ketiga, kreativitas dapat memberikan kepuasan hidup, dan keempat, kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya. Dari segi kognitifnya, kreativitas merupakan kemampuan berfikir yang memiliki kelancaran, keluwesan, keaslian, dan perincian. Sedangkan dari segi afektifnya kreativitas ditandai dengan motivasi yang kuat, rasa ingin tahu, tertarik dengan tugas majemuk, berani menghadapi resiko, tidak mudah putus asa, menghargai keindahan, memiliki rasa humor, selalu ingin mencari pengalaman baru, menghargai diri sendiri dan orang lain, dsb. Karya-karya kreatif ditandai dengan orisinalitas, memiliki nilai, dapat ditransformasikan, dan dapat dikondensasikan. Selanjutnya kemandirian sangat diperlukan dalam kehidupan yang penuh tantangan ini sebab kemandirian merupakan kunci utama bagi individu untuk mampu mengarahkan dirinya ke arah tujuan dalam kehidupannya. Kemandirian didukung dengan kualitas pribadi yang ditandai dengan penguasaan kompetensi tertentu, konsistensi terhadap pendiriannya, kreatif dalam berfikir dan bertindak, mampu mengendalikan dirinya, dan memiliki komitmen yang kuat terhadap berbagai hal.
Dengan memperhatikan ciri-ciri kreativitas dan kemandirian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa TIK memberikan peluang untuk berkembangnya kreativitas dan kemandirian siswa. Pembelajaran dengan dukungan TIK memungkinkan dapat menghasilkan karya-karya baru yang orsinil, memiliki nilai yang tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan yang lebih bermakna. Melalui TIK siswa akan memperoleh berbagai informasi dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya. Hal ini merupakan rangsangan yang kondusif bagi berkembangnya kemandirian anak terutama dalam hal pengembangan kompetensi, kreativitas, kendali diri, konsistensi, dan komitmennya baik terhadap diri sendiri maupun terhadap pihak lain.


Peran guru

Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah satu sumber informasi. Dalam bukunya yang berjudul “Reinventing Education”, Louis V. Gerstmer, Jr. dkk (1995), menyatakan bahwa di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin, pembelajar, dan pengarang. Sebagai pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Sebagai konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal. Sebagai manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh sumber-sumber penunjang pembelajaran. Sebagai partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa. Sebagai pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar. Sebagai pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Sebagai pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku, melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen yang tinggi sebagai basis kualitas profesionaliemenya.

--------------
*) Guru Besar UPI Bandung/Ketua Umum PB PGRI/Anggota DPD-RI
Makalah dalam Seminar ”Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan Jarak Jauh dalam Rangka Peningkatan Mutu Pembelajaran”, diselenggarakan oleh Pustekkom Depdiknas, tanggal 12 Desember 2006 di Jakarta.

Kamis, 16 Juli 2009

Karya Prestatif Kepala Sekolah

Karya Prestatif Kepala Sekolah (disampaikan pada Pemilihan Kepala Sekolah Berprestasi Tingkat Provinsi Jambi , tgl 1 sd 5 Juli 2009)

Judul : “Upaya mengoptimalkan pemanfaatan Peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk memperlancar kegiatan Administrasi sekolah dan membekali siswa SMPN 17 Tebo agar melek teknologi ”.


Kata Pengantar



Sejalan dengan semangat desentralisasi dan otonomi daerah yang berdampak pada bergulirnya konsep desentralisasi pendidikan yang sejalan dengan manajemen berbasis sekolah (school-based management). Sudah saatnya sekolah mengubah kebiasaan yang selalu bergantung pada birokrat. Sekolah diberi kebebasan untuk mengurus sendiri manajemen sekolah dan kegiatan rutinitas akademis oleh Satuan Pendidikan, sesuai dengan Potensi Daerah, Kondisi Sosial Masyarakat setempat dan karakter peserta didik. Komite Sekolah yang merupakan perpanjangan tangan sekolah kepada orang tua dan masyarakat harus lebih proaktif dan kooperatif bersama-sama sekolah mengembangkan kurikulum.

SMPN 17 Tebo dalam memberlakukan KTSP senantiasa mempertimbangkan potensi yang yang dimiliki agar lulusannya memiliki pengetahuan sikap dan keterampilan yang dapat dialihgunakan dalam dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi. TIK merupakan salah satu pembelajaran unggulan untuk membekali siswa agar mengetahui, menguasai dan dapat memanfaatkan peralatan TIK dalam kehidupan sehari-hari.

Menyadari akan hal tersebut dipandang perlu mengambil kebijakan-kebijakan agar pembelajaran TIK dapat berjalan meskipun sarana dan prasana yang dimiliki belum memadai, hal ini justru menjadi tantangan yang selanjutnya dibahas dalam karya ilmiah berikut. Semoga bermanfaat.

Tebo, 26 Juni 2009

Penulis.


BAB I.
Pendahuluan
1. Latar belakang.
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa , bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.(UU RI Nomor 20 Tahun 2003, pasal 3).

Mutu Pendidikan, sebagai salah satu pilar pengembangan sumber daya manusia sangat penting maknanya bagi pembangunan nasional. Bahkan dapat dikatakan masa depan bangsa terletak pada keberadaan pendidikan yang berkualitas. Karena itu, upaya peningkatan mutu pendidikan merupakan titik strategis dalam upaya menciptakan pendidikan yang berkualitas. Sebagaimana Peraturan Pemerintah No. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan yang merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang mencakup delapan standar, yakni :
- Standar Isi
- Standar Proses
- Standar Kompetensi Lulusan
- Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
- Standar Sarana dan Prasarana
- Standar Pengelolaan
- Standar Biaya
- Standar Penilaian

Sejalan dengan semangat desentralisasi dan otonomi daerah yang berdampak pada bergulirnya konsep desentralisasi pendidikan yang sejalan dengan manajemen berbasis sekolah (school-based management). Sudah saatnya sekolah mengubah kebiasaan yang selalu bergantung pada birokrat. Sekolah diberi kebebasan untuk mengurus sendiri manajemen sekolah dan kegiatan rutinitas akademis oleh Satuan Pendidikan, sesuai dengan Potensi Daerah, Kondisi Sosial Masyarakat setempat dan karakter peserta didik. Komite Sekolah yang merupakan perpanjangan tangan sekolah kepada orang tua dan masyarakat harus lebih proaktif dan kooperatif bersama-sama sekolah mengembangkan kurikulum.

Dengan harapan dan keluwesan mengembangkan dan menggali potensi sekolah dan kebebasan yang diberikan kepada Satuan Pendidikan untuk menentukan sendiri kurikulumnya , Oleh sebab itu SMP NEGERI 17 KABUPATEN TEBO telah menetapkan dan menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mulai diberlakukan pada Tahun Pelajaran 2007/2008.

Kendala yang timbul di SMP Negeri 17 Kabupaten Tebo dalam pemberlakuan KTSP adalah kekurangan Guru yang sampai saat ini belum dapat dipenuhi. Saat ini guru yang ada di SMP Negri 17 Kabupaten Tebo berjumlah 12 Orang, terdiri dari 9 Orang Guru PNS dan 3 Orang Guru Honorer itupun belum memadai jika ditinjau dari latar belakang pendidikan yang dimiliki , sehingga masih terdapat beberapa orang guru yang mengajar bukan mata pelajaran yang sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Selanjutnya intake siswa juga merupakan faktor penting utnuk dijadikan bahan pertimbangan dalam membelajarkan siswa dimana kemampuan dasar siswa lulusan SD yang masuk ke SMP Negeri 17 Kabupaten Tebo masih sangat rendah sehingga sulit untuk mencapai target penilaian yang telah ditentukan oleh guru pada awal tahun ajaran yang dirumuskan dalam Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Disamping itu fasilitas, sarana dan prasarana pendukung kegiatan belajar mengajar juga menjadi faktor yang tidak kalah pentingnya, dimana SMP Negri 17 Kabupaten Tebo belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai agar kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.

2. Rumusan Masalah.
Mengingat SMPN 17 Kabupaten Tebo secara demografi terletak di daerah pedesaan dengan mata pencaharian penduduk sebagai petani dan buruh kebun kelapa sawit Plasma. Jarak dari Ibu kota Kabupaten ke sekolah sejauh 96 km, pasokan aliran listrik hanya pada malam hari. Di era teknologi informasi sekarang ini pengenalan dan kemampuan bekerja dengan komputer merupakan hal yang sangat penting karena komputer merupakan perangkat teknologi informasi yang mempunyai peranan paling besar dalam proses pengolahan, penyimpanan dan penyajian informasi.

Permasalahan yang ingin penulis angkat pada kesempatan ini adalah ”Upaya mengoptimalkan pemanfaatan Peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk memperlancar kegiatan sekolah dan membekali siswa SMPN 17 Tebo agar melek teknologi ”.

3. Strategi Pemecahan Masalah.
Pada tahun 2005 SMP N 17 Tebo di usulkan sebagai sekolah potensial penerima dana School grant yang berasan dari pemerintah pusat sebesar Rp 60.000.000,- (Enam puluh juta rupiah). Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi kebutuhan dan menentukan prioritas pemenuhan kebutuhan yang dananya bersumber dari dana bantuan tersebut.

Alokasi penggunaan dana diprioritaskan untuk :
- Kegiatan fisik, Gedung Sekolah Rp 5.800.000,-
- Kegiatan non fisik, Peningkatan mutu Pendidikan Rp 52.200.000,-
- Biaya Operasional Tim School Grant Rp 2.000.000,-
Kegiatan fisik digunakan untuk rehab dan pengadaan kursi dan meja belajar siswa, sedangkan kegiatan non fisik digunakan untuk upaya peningkatan mutu antara lain : kegiatan kesiswaan berupa Pembinaan dan Pelatihan seni budaya berupa pengadaan pakaian tari daerah jambi, Pemberian Bea Siswa Prestasi, pengadaan media penunjang KBM, pengadaan alat keterampilan, pengadaan komputer, peningkatan kualitas guru melalui MGMP Sekolah, Pengembangan sekolah berupa peningkatan sarana air bersih dan pembuatan teralis ruang komputer serta biaya operasional tim.

Dengan adanya bantuan dana tersebut sangat membantu pengadaan media pembelajaran sehingga dapat memotivasi siswa dan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga diharapkan terjadi peningkatan mutu pendidikan di SMPN 17 Tebo dimasa-masa yang akan datang.

Melalui dana inilah pengadaan komputer dapat direalisasikan, dari dana yang dianggarkan sebesar Rp 25.460.000,- digunakan untuk pembelian 1 (satu) unit Laptop Pentium III merek Toshiba dan 4 (empat) set komputer PC Pentium IV, untuk menambah jumlah komputer yang sebelumnya telah dimiliki sekolah sebanyak 2 (tua) unit komputer Pentium II dan 1 (satu) unit komputer pentium III, kemudian pada tahun 2007 melalui bantuan Pemerintah Daerah Kabupaten Tebo SMPN 17 Tebo mendapatkan bantuan 1 (satu) unit komputer Pentium IV sehingga peralatan computer yang dimiliki pada saat itu berjumlah 8 (delapan) unit komputer PC dan 1 (satu) unit Laptop. Kondisi semakin membaik karena beberapa orang guru telah memiliki laptop sendiri yang dapat digunakan untuk memperlancar kegiatan belajar.








Bab. II
Pembahasan
Mulyasa (2004:167) menyebutkan Karakteristik orang tua, misalnya pengusaha, petani, nelayan, pedagang, pegawai, kaya, miskin, akan mewarnai kondisi dan kualitas sekolah. Lebih lanjut dikemukakan pula perbedaan karakteristik orang tua tersebut membuat harapannya terhadap sekolah terutama lulusannya berbeda pula. Hal ini juga terjadi pada SMPN 17 Kabupaten Tebo, ditengah pengaruh globalisasi yang merambah hingga ke pedesaan dengan masuknya peralatan elektronik dengan teknologinya yang semakin hari semakin cangggih, dibutuhkan tenaga trampil untuk dapat mengoperasikannya. Jika dibandingkan dengan daerah perkotaan maka akan semakin memperjelas perbedaan pemenuhan sarana dan prasarana sekolah khususnya peralatan teknologi informasi dan komunikasi yang dimiliki, sehingga terdapat kesenjangan hasil lulusan yang diperoleh. Dimana siswa di perkotaan telah memiliki kemampuan memanfaatkan komputer dan akses internet, karena disamping fasilitas yang dimiliki sekolah, diluar mereka dapat dengan mudah mencari peralatan tersebut melalui kursus komputer, rental komputer dan warung internet.

Sementara siswa di SMPN 17 Tebo selama ini baru sebatas mendengar adanya peralatan tersebut dan penggunaannya, sehingga diperlukan upaya untuk pengadaan peralatan teknologi informasi dan komunikasi berikut akses internet. Untuk membekali keterampilan siswa dengan mengenal, menggunakan dan memanfaatkan peralatan teknologi informasi dan komunikasi.

Disamping digunakan untuk kegiatan praktik siswa komputer yang ada juga dimanfaatkan untuk menunjang dan memperlancar pelaksanaan tugas guru untuk mempersiapkan administrasi yang akan digunakan untuk proses pembelajaran, misalnya:
- Menyusun RPP dengan menggunakan komputer
- Menyusun bahan ajar dengan menggunakan komuter
- Mengolah nilai dengan menggunakan komputer
- Menyusun laporan kerja/penelitian/penulisan karya ilmiah dengan menggunakan komputer.

Bagi tenaga administrasi pemanfaatan komputer dapat menunjang kegiatan administrasi persuratan, administrasi sekolah, data base kesiswaan, inventarisir barang, penyusunan laporan bulanan dan berkala lainnya dan sebagainya.

Hasil yang dicapai dari program pengadaan dan pemanfaatan komputer tersebut sudah menampakkan hasil yang menggembirakan diantaranya siswa lulusan SMPN 17 Tebo sudah mampu mengoperasikan komputer untuk membuat naskah menggunakan program Microsoft Word, Microsoft Excel dan Power Point dan mengakses internet untuk mencari informasi. Sehingga berdampak pada meningkatnya motivasi belajar siswa dan rasa percaya diri, bahwa mereka juga sama dengan teman-temannya yang berasal dari sekolah perkotaan dengan segenap kompetensi yang dimiliki rasa percaya diri ini selanjutnya menjadi faktor yang sangat penting ketika mereka mempersiapkan diri mengikuti Ujian Nasional dimana mereka mampu dan berhasil mengikuti Ujian Nasional sesuai dengan Prosedur Operasional Standar yang dikeluarkan BSNP setiap tahunnya.

Bagi guru diera pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan kehadiran komputer mutlak diperlukan sehingga kemampuan dasar mengoperasikan komputer perlu diberikan pada awal pelaksanaan tugasnya, karena akan mempermudah guru untuk menjabarkan kurikulum kedalam silabus, penyusunan RPP, membuat bahan ajar, Pengolahan nilai dan penyusunan laporan kegiatan serta pemanfaatan komputer untuk kegiatan pembelajaran di kelas. Hal ini berdampak pada terpenuhinya persiapan mengajar guru dan meningkatnya motivasi mengajar yang diharapkan dapat pula melaksanakan pembelajaran dengan baik dan hasil yang dicapai semakin baik pula.

Upaya pembekalan keterampilan guru untuk memanfaatkan peralatan teknologi informasi dan komunikasi telah dan akan selalu ditingkatkan dengan melaksanakan pelatihan yang diwadahi dengan kegiatan MGMP Sekolah untuk melatih dan menambah wawasaan dan keterampilan guru diantaranya melalui Pelatihan Komputer, Pemanfaatan Peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran, dan Pemanfaatan TV-Edukasi dan VCD Pembelajaran.

Dalam pelaksanaanya pemanfaatan komputer di SMPN 17 Tebo mengalami beberapa kendala antara lain :
- Di Lokasi SMPN 17 Tebo hanya mendapat pasokan tenaga listrik PLN hanya pada malam hari.
- Belum tersedianya tenaga teknisi komputer.
- Biaya operasional komputer relatif tinggi.
- Tidak ada jaringan telepon
- Alokasi waktu untuk untuk kegiatan praktik siswa sangat terbatas.

Ssehubungan dengan berbagai kendala diatas alternatif yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Di SMPN 17 Tebo dan wilayah sekitarnya mendapat pasokan listrik hanya pada malam hari, sehingga tidak memungkinkan memanfaatkannya pada siang hari untuk mengoperasikan komputer. Hal ini tentunya haris disikapi oleh semua pihak termasuk orang tua siswa dimana peralatan sudah tersedia tetapi belum dapat dioperasikan karen tidak tersedianya pasokan listrik PLN pada siang hari. Atas hubungan baik yang telah terjalin selama ini dengan orang tua wali melalui komite sekolah pada akhirnya mereka bersedia memberikan kenang-kenangan bagi orang tua wali kelas III tahun pelajaran 2005/2006 untuk memberikan sumbangan dalam bentuk mesin diesel berkekuatan 3000 watt, yang bisa mensuplai tenaga listrik untuk 10 unit komputer.
2. Ketidak beradaan teknisi komputer diatasi dengan senantiasa menggerakkan guru dan staff Tata Usaha untuk mengetahui dan belajar lebih banyak lagi mengenai ilmu komputer melalui pelatihan-pelatihan dan bahan bacaan. Sehingga jika terjadi kerusakan kerusakan ringan dapat diatasi sendiri. Dampak yang telah dirasakan diantaranya dapat menghemat biaya operasional dan mempersingkat waktu perbaikan jika perlatan komputer mengalami kerusakan, karena untuk memperbaiki komputer harus dibawa ke jambi dengan menempuh jarak 120 km.
3. Pasokan listrik yang digunakan untuk mensuplai tenaga listrik berasal dari mesin diesel, sehingga menyebabkan biaya operasional untuk komputer menjadi besar jika dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan jika menggunakan pasokan tenaga listrik dari PLN. Untuk itu diperlukan upaya untuk dapat mengatasinya agar kegiatan praktik komputer pada siswa dapat dilaksanakan. Atas dukungan, dan keinginan orang tua wali siswa akhirnya mereka bersedia membantu biaya operasional komputer yang dibayarkan melalui iuran komite, hal ini berkat keberhasilan pihak sekolah untuk dapat meyakinkan para orang tua wali akan pentingnya penguasaan keterampilan komputer ditengah kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini.
4. Ketidak beradaan jaringan telepon tidak menyurutkan keinginan untuk mengakses internet yang digunakan untuk memperoleh informasi maupun sebagai bahan praktik pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Untuk keperluan tersebut berbagai upaya dilakukan agar dapat mengakses internet untuk membelajarkan siswa maupun untuk mencari informasi. Diantanya adalah dengan menggunakan HP sebagai modem yang dihubungkan dengan menggunakan kabel maupun Bluethoot ke komputer, dan juga menggunakan modem wireless yang dioperasikan dengan menggunakan kartu handphone seluler. Dampak dari penggunaan peralatan tersebut dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa karena dapat mengakses internet meski jauh dari warung telekomunikasi.
5. Alokasi waktu untuk pembelajaran Teknologi informasi dan komunikasi hanya 2 jam pelajaran perminggu perkelas. Kondisi yang demikian tentu menyulitkan bagi siswa untuk mencapai kompetensi dasar yang dikuasai karena mereka baru pertama kali menggunakan komputer sehingga diperlukan waktu yang panjang untuk mengenalkan peralatan sebelum mereka menggunakannya. Pemanfaatan waktu pada sore hari tidak dapat dilakukan karena sebahagian besar siswa bersekolah ganda di madrasah pada sore harinya. Hal ini dapat diatasi dengan memanfaatkan hari Minggu untuk kegiatan praktik yang tentunya diperlukan keihklasan, niat dan kemauan yang keras dari guru untuk rela mengorbankan waktunya karena masih harus membelajarkan siswa meskipun pada hari Minggu. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan waktu pembelajaran yang dialokasikan untuk mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi dengan seefisien mungkin sehingga waktu yang tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bagi guru waktu juga menjadi kendala dalam menggunakan komputer karena pada pagi hari mereka disibukkan dengan rutinitas kegiatan pembelajaran. Pada saat mereka tidak melaksanakan kegiatan pembelajaran, saat itu komputer sedang digunakan untuk praktik siswa. Sehinnga mereka tidak setiap hari dapat menggunakan komputer. Untuk mengatasi permasalahan tersebut mereka mau meluangkan waktu pada malam hari untuk membuat persiapan mengajar dan administrasi lainnya.














Bab. III
Simpulan dan Saran

Dari yang telah penulis sampaikan akhirnya dapat diambil simpulan dan saran sebagai berikut :
A. Simpulan:
1. Peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi memiliki potensi dan fungsi yang sangat besar dalam peningkatan kualitas pendidikan.
2. Pemanfaatan peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi akan dapat terlaksana jika tersedianya infrastruktur, kebijakan, adanya konten, peningkatan kemampuan pendidik dan tenaga pendidik, budaya untuk pemanfaatan peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi di sekolah.
3. Untuk melengkapi sarana dan prasana yang kurang dapat dilakukan dengan berbagai upaya untuk mendapatkan peralatan tersebut, diantaranya melalui bantuan pemerintah baik pusat maupun pemerintah daerah.
4. Di era Teknologi Informasi pamanfaatan dan pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi harus dimanfaatkan secara optimal baik untuk memperlancar administrasi sekolah, administrasi guru terlebih untuk kegiatan belajar siswa.
5. Internet merupakan revolusi terbesar Ilmu pengetahuan saat ini, sehingga siswa perlu dibekali dengan keterampilan untuk mengakses informasi yang dibutuhkan dari internet .
6. Kerjasama antara pihak sekolah dengan dengan stekholder mutlak diperlukan untuk terlaksananya pendidikan yang berkualitas.
B. Saran :
1. Agar pemerintah dapat melengkapi peralatan TIK di sekolah secara merata.
2. Sekolah harus senantiasa meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang komputer sehingga dapat mengatasi setiap gangguan yang timbul dari kerusakan komputer.
3. Agar sekolah dapat merawat dengan baik sarana prasarana TIK yang ada di sekolah agar dapat termanfaatkan dengan baik.

Minggu, 22 Februari 2009

Tulisan Pak Nurrahman-LPMP Jambi pada nurrahman-as.blog.spot.com (Senin, 2008 November 17)
BAGAIMANA MENERAPKAN TIK DALAM PEMBELAJARAN ?
Dewasa ini Teknologi Informasi (TI) merupakan topik yang cukup menarik untuk menjadi bahan kajian dalam rangka peningkatan cara belajar yang efektif dan efisien. Khususnya di dunia pendidikan, teknologi informasi sangat berperan dalam hal :
Sebagai gudang ilmu pengetahuan
Sebagai alat bantu pembelajaran
Sebagai fasilitas pendidikan
Sebagai Standar Kompetensi
Sebagai gudang ilmu pengetahuan, teknologi informasi merupakan ; referensi ilmu pengetahuan, jaringan para ahli dan penulis dalam beragam bidang ilmu, jaringan antar institusi pendidikan, pusat pengembangan materi ajar, wahana pengembangan kurikulum.
Sebagai alat bantu pembelajaran, teknologi informasi merupakan : sebagai alat bantu proses belajar mengajar (sumber referensi, simulasi kasus, dan alat peraga visual multimedia); sebagai alat bantu Guru (alat komunikasi antar guru, komunikasi antar guru-siswa, kolaborasi kelompok studi misal di KKG/MGMP, dan manajemen kelas terpadu); sebagai alat bantu siswa (merupakan buku interaktif, belajar mandiri, latihan soal, dan media ilustrasi).
Sebagai fasilitas pendidikan, teknologi informasi berperan sebagai ; perpustakaan sekolah, kelas virtual, aplikasi multimedia, kelas teacher, kelas jarak jauh, papan elektronik, alat ajar multimedia, dan pojok internet.
Peran teknologi informasi sebagai standar kompetensi adalah sebagai pengembangan kualitas SDM Indonesia yang cerdas dan kompetitif yang memiliki kecakapan diantaranya ; memiliki kecakapan ICT, memiliki kemampuan berfikir kritis, memiliki kemampuan mengatasi masalah, memiliki kemampuan berkomunikasi efektif, dan memiliki kemampuan bekerjasama.
Peran Guru dan Siswa
Beberapa peran penting ICT bagi pendidikan merupakan suatu sarana dan media dalam proses pembelajaran itu sendiri, hal ini tidak terlepas pula peran Guru dan Siswa sebagai pelaku dan pemakai teknologi tersebut. sarana dan media yang sudah ada, tak akan memiliki arti dalam memfungsikan perannya tanpa adanya pemanfaatan maksimal terutama bagi Guru dan Siswa.
Dalam mengaktifkan fungsi teknologi informasi bagi dunia pendidikan harus adanya aktivasi dari peran Guru dan Siswa yang meliputi :
Guru dan Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang menggunakan teknologi informasi
Dalam menggunakan teknologi informasi, sebagai hasil proses belajar dimana para Guru dan Siswa setelah memperoleh bahan materi hendaknya membuat suatu pola pembelajaran yang bersifat konstruktif (membangun ide).
Kolaborasi (bekerjasama, berbagi ide, saran, pengalaman, dan sebagainya) merupakan hal yang penting dalam pengembangan wawasan keilmuah seorang Guru dan Siswa karena melalui media ICT mereka dapat saling barbagi (sharring) informasi keilmuan. Dan hal ini dapat disampaikan secara terbuka melalui WEB, Blogger, dsb.
Keaktifan seorang Guru dan Siswa dapat juga dilakukan melalui dialog secara tertutup melalui media e-mail, misalnya seorang Siswa/Guru saling bertanya kepada sesama begitu juga dapat memberikan jawaban/diskusi.
Dengan teknologi informasi Guru dapat memberikan peran multisensory (belajar melalui model misalnya audio, visual, kinestetik, dsb.)
Guru dan Siswa dapat melatih kemampuan untuk berfikir lebih tinggi dengan melatih kemampuan problem solving.
Penerapan Teknologi Informasi (TI) dalam Pembelajaran
Pernahkah kita bertanya bagaimana cara menerapkan teknologi informasi dalam pembelajaran yang kita lakukan ? Apakah kita selalu membayangkan kalau TI itu hanya selalu berkaitan erat dengan internet saja, sementara aplikasi lainnya tidak ?
Dalam pembahasan ini saya bertitik tolak dari pemikiran yang sederhana, barangkali kita dapat memberi suatu contoh dalam penyajian bahan ajar matematika dengan sub bahasan tentang grafik sinus.
Perlu diketahui bahwa untuk membuktikan bagaimana bentuk grafik sinus, anda dapat melakukan dengan menggunakan aplikasi MS Excell (cukup sederhana bukan ?). Caranya dapat dilakukan dengan membuat angka-angka pada sumbu x dengan tingkat kerapatan yang cukup tinggi.
Untuk melakukan start pada x dan y sama-sama dari angka 0. Selanjutnya untuk menggunakan grafiknya, maka pilihlah insert, chart, line. Lihat gambar berikut :

Setelah gambar tersebut tampil, Anda dapat melakukan perubahan pada sumbu x konstanta 2 pada y=sin2x, sehingga perlakuan pergantian angka-angka tersebut akan membuat grafik tersebut menjadi berubah-ubah.
Kalau model seperti ini disajikan kepada siswa, barangkali siswa akan tertarik. Salah satu ketertarikan siswa mereka akan mencoba formulasi lain, misalnya persamaan y=2x atau y = x^2, dan sebagainya.
Masih banyak contoh lainnya misalnya dalam memberikan gambaran tentang suatu objek yang sedang dipelajari karena pada dasarnya dengan menggunakan teknologi informasi proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas teks, graphic, audio, video, animasi, dan simulasi.
Selamat mencoba dan berkreasi.
Penerapan Teknologi Informasi (TI) sebagai Mata Pelajaran TIK
Teknologi informasi sebagai sarana yang digunakan untuk pembelajaran mata pelajaran apa saja, namun secara khusus juga dipelajari dalam mata pelajaran TIK dan merupakan bagian dari kurikulum pendidikan.
Artinya memang ada mata pelajaran khusus bagi siswa untuk memperdalam TIK itu sendiri. Dalam konteks ini tentu seluruh bahasan bukan hanya sekedar membantu dalam proses penyampaian materi tetapi sudah melibatkan sarana prasarana yang ada, misalnya laboratorium komputer, jaringan inernet, area hotspot, dsb.
Untuk menunjang kegiatan ini tentu harus ada infrastruktur dan SDM yang memang potensial untuk mengembangkan TIK di sekolah.
Penerapan Teknologi Informasi sebagai Sarana Komunikasi dan Informasi
Pernahkah kita membayangkan bagaimana seandainya sesama kita dapat berkomunikasi dan berbagi informasi. Informasi apa saja dapat ditayangkan dalam internet misalnya tulisan ilmiah yang dapat di muat dalam blogger dan diskusi lainnya dalam e-mail.
Sebagai contoh saya sangat terkejut ketika tiba-tiba blogger saya mendapat komentar dari salah seorang guru, yang kemudian ditulis dan dialamatkan dalam e-mail saya, isinya langsung saya kutip, sebagai berikut :
--- On Fri, 11/14/08, iis adexs <raista_gtg@yahoo.com> wrote:From: iis adexs <raista_gtg@yahoo.com>Subject: share mengenai pendidikan di JambiTo: nurrahmanas@yahoo.comDate: Friday, November 14, 2008, 2:36 PMassalamualaikum wr.wbsebelumnya perkenalkan diri saya Ismaliah,S.Pd.I adalah seorang guru honor di MAN Muara Bulian Kabupaten Batanghari....kebetulan hoby saya adalah searching informasi mengenai pendidikan di internet sejak dibangku kuliah ketika di Medan dari tahun 1999...kegemaran saya mengakses internet berlanjut hingga saya menikah dan mendapatkan pekerjaan di Jambi...sampai2 saya ngebelaain uang honor gaji yg sedikit buat pasang net dirumah...pak saya sangat sedih sekali ketika seorang guru tidak bisa menggunakan alat teknologi seperti komputer,net dan lain2nya ditambah tak bisa berbahasa inggris. apalagi di kota batanghari ini sangat sedikit sekali guru yang dapat mempergunakan internet bahkan untuk sekedar mengetik saja mereka tak bisa padahal berjuta2 informasi yg dpt kita peroleh dari net baik dalam bahasa indonesia dan bahasa inggris...bagaimana anak dapat cerdas kalau gurunya kurang informasi.... :)pak apakah LPMP tak menyediakan diklat untuk para guru berupa pengajaran berbentuk penggunaan teknologi, minimal seoarng guru bisa menulis di blog itu sangat bagus sekali...saya sangat terkejut dengan guru2 di batanghari ini..bisa dikatakan jauh tertinggal dari kota2 maju seperti jakarta,medan dll...kebetulan dari sd s/d perguruan tinggi saya didik di kota medan...anak2 di medan itu bahkan untuk tingkat sd sudah dapat akses net....ketika saya membaca blog bapak subhanallah saya sangat seneng sekali bukan apa2 sangat jarang sekali saya melihat orang jambi yg menulis di blog baru bapak yg saya temui maka saya mencoba bertukar info dan share apalagi bapak adalah senior saya....apalagi seperti saya ini jarang sekali mendapat kesempatan diklat,ataupun MGMP selama 4 thn menjadi guru hanya sekali saya mengikuti diklat....dan anehnya yg disekolah yg dikiirm diklat itu2 saja..ada perasaan iri sebenarnya tapi tak masalahlah sebab saya hanya guru honor jadi harus nerima.tapi saya bersyukur walau saya jarang sekali mendapat kesempatan DIKLAT tapi teman2 selalu minta tlg dicarikan info pendidikan dll...benar kata teman diskusi saya yg dari KAIRO dan Negeria yang seorang guru juga namun sekarang dia memilih menjadi seorang jurnalistik buat negaranya...kalau kita dapat mengusai teknologi dan bahasa inggris maka separoh dunia di tangan...maka saya sangat heran kalau melihat guru yg sangat berketerbelakang dalam informasi pendidikan mungkin kata itu lebih tepat...pak saya harap blog bapak bisa terus di update agar saya bisa terus membaca informasinya ...terimakasih banyak...oh ya pak alamat untuk download NUPTK apa pak ? soalnya teman2 sebahagian NUPTK nya belom ada dan termasuk kepala sekolah saya....atas perhatiannya saya ucapkan terimakasihWassalamIsmaliah
Dari hal tersebut betapa luar biasanya jika para guru kita mempunyai keinginan untuk memajukan dunia pendidikan seperti hal tersebut, saya berfikir barangkali dengan cara seperti ini sudah menunjukan bagian dari kreatifitas seorang guru. Namun apakah hal ini akan diikuti oleh para Guru lainnya, semoga ya.
Ini berupakan suatu bagian dari diskusi, bisa saja hal ini dilakukan bagi guru dan siswanya, misalnya seorang guru memberikan bahan ajar melalui internet yang kemudian di download oleh siswa kemudian siswa memberikan jawaban melalui internet pula dilengkapi dengan berbagai referensi-referensi yang mendukung, nah luar biasa bukan.
Diskusi ini terjadi biasanya setelah seseorang melihat tulisan atau informasi yang bisa dibaca secara umum.
Berbicara tentang e-mail dan blogger (apakah sejenisnya dengan hal tersebut) bahwa e-mail merupakan pertukaran informasi/komunikasi secara tertutup dan isinya hanya dapat diketahui oleh yang menyampaikan maupun yang menerimanya atau yang diberi akses untuk membaca.
Sementara blogger (sejenisnya) merupakan sarana penyebarluasan informasi, sosialisasi, sehubungan dengan topik yang dibicarakan dan semua orang diberikan kesempatan untuk mengakses tanpa batas (kecuali kalau tulisan itu sengaja dibatasi untuk orang-orang tertentu saja).
Dengan media informasi seperti ini sangat banyak yang dapat dihemat, terutama biaya... kita sulit untuk mengkalkulasi seandainya sosialisasi dilakukan secara tatap muka berapa biayanya dan kapan selesainya.... dst.
Nah.... pembaca silahkan manfaatkan jaringan yang tersedia ini dengan baik.
Tulisan ini belum sempurna, kesempurnaan tulisan ini perlu masukan dari pembaca yang budiman ... dan kirimkan ke dalam komentar dibawah ini, terima kasih.
Diposkan oleh Nurrahman di 16:49

Nurrahman
Puisi kiriman seorang teman dari seberang :

BILA UN benar Ujian Nasional bukan UNJUK NAMPAK

UJIAN NASIONAL (UN) merupakan uapaya menghilangkan kepalsuan agar jadi asli
Menghilangkan kebohongan agar jadi kebenaran
Mewujudkan impian agar jadi bermutu

TAPI
Mendung tetap kelabu
Mendung tetap menggayut tak tertembus sinar laser si TPI

UN jadi ajang turunnya si pejabat ke sekolah
Si BUPATI dan si DEWAN terhormat D P R yang di i r i n g i si kaDis dan jajarannya
Dengan gagahnya disoting dan akan ditayangkan layar kaca
Bersepakat seayun selangkah seolah berkata kita bersama-sama mewujudkan pendidikan
Melupakan pemangkasan anggaran pendidikan karena tidak menguntungkan

UN jadi ajang monitoring n memantau
BSNP membentuk tim pemantau independen (TPI)
Dinas Provinsi dan kota/kabupaten membentuk tim monitoring
Para pengawas berada di sekolah
Para staf berkeliling beberapa sekolah
TAPI
Di manakah kejujuran
Di manakah kebenaran

Mata kita semua terbelalak dikala tv ditayangkan si guru yang digugu dan ditiru
Tapi telah mencoreng dunia pendidikan yang telah menanamkan kepalsuan
Telah menelurkan kebohongan yang telah salah menerapkan asas tolong-menolong
Guru engkau seharusnya bertindak agar siswa mengrjakan dengan jujur
Guru engkau sepatutnya menilai agar yang pintar dinyatakan lulus
Yang bodoh diingatkan untuk mengulang

Kini engkau mengaburkan tinta penamu
Kini engkau mempertaruhkan profesimu
Engakau menjadi pemoles LJUN
Tim sukses kaula muda penerima SKHUN tanpa isi
Pencipta generasi yang tak siap untuk berkompetisi

UN kapan tetap ujian nasional
UN kenapa tidak dapat cerminan mutu
Pendobarak kepalsuan pendiri kejujuran

Pengikut